Seperti yang kita ketahui, otak merupakan pusat pengendali tubuh. Tanpa otak, seseorang tidak bisa mengendalikan emosi dan mengatur gerak tubuh sesuai dengan keinginannya.
Dengan begitu, otak sangat berperan penting terhadap perilaku seseorang dalam menjalankan aktivitas atau kehidupannya.
Namun, tahukah moms bahwa ada 1 dari 5.000-10.000 bayi yang lahir tanpa otak dan tulang tengkorak yang sempurna? Kondisi ini disebut dengan anencephaly.
Cacat lahir ini merupakan kondisi langka yang perlu diwaspadai oleh para ibu hamil karena bisa menyebabkan keguguran atau kematian setelah bayi lahir.
Kelainan ini tidak bisa disembuhkan, namun bisa dicegah dan dikurangi risikonya dengan beberapa cara. Oleh karena itu, yuk kita kenali tentang cacat bawaan lahir anencephaly dalam uraian berikut ini.
Baca Juga: Marasmus, Gizi Buruk yang Bisa Sebabkan Kematian pada Anak
Mengenal Fakta Anencephaly
Dilansir dari National Library of Medicine, anencephaly merupakan jenis cacat tabung saraf yang menyebabkan bayi lahir tanpa bagian otak saraf yang normal.
Kondisi ini terjadi ketika struktur tabung saraf gagal menutup selama beberapa minggu pertama dalam perkembangan janin atau embrionik.
Nah, tabung saraf ini merupakan lapisan sel yang akan berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang.
Namun, karena tabung saraf gagal menutup dengan benar, otak dan sumsum tulang belakang yang sedang berkembangpun akhirnya terpapar cairan ketuban yang mengelilingi janin selama di dalam rahim.
Paparan ketuban ini menyebabkan jaringan sistem saraf rusak sehingga bayi dalam kandungan kehilangan sebagian otak yang disebut dengan cerebrum (otak besar) dan cerebellum (otak kecil).
Kedua bagian otak tersebut sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berpikir, mendengar, melihat, emosi, dan mengkoordinasikan gerak.
Selain itu, paparan tersebut menyebabkan tulang tengkorak hilang atau tidak terbentuk dengan sempurna.
Kondisi ini termasuk ke dalam jenis cacat bawaan lahir yang sangat serius dan berbahaya. Sebab, hampir semua bayi dengan kondisi anencephaly meninggal sebelum lahir atau meninggal setelah beberapa hari, bahkan beberapa jam setelah lahir.
Jika bayi terlahir dalam keadaan hidup, ia bisa memiliki risiko terkena komplikasi, seperti:
- Kehilangan penglihatan yang permanen
- Hilang pendengaran
- Sulit beradaptasi saat lahir
Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa bayi penderita anensefali bisa hidup hingga 28 bulan, namun akhirnya meninggal karena penyakit pneumonia.
Sepanjang hidupnya pun, ia lebih banyak tidur, jarang membuka mata, dan sering kejang-kejang.
Penyebab dan Faktor Risiko Anencephaly
Moms, penyebab anencephaly sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diyakini dapat meningkatkan risiko bayi mengalami kondisi ini, seperti faktor genetik dan lingkungan.
Berikut ini adalah hal-hal yang diduga dapat menyebabkan anencephaly pada bayi:
Kekurangan asam folat
Para peneliti memeriksa faktor lingkungan yang diduga dapat menjadi penyebab anencephaly, salah satunya adalah kekurangan asam folat.
Hasilnya menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi suplemen yang mengandung asam folat sebelum mereka hamil atau di awal kehamilan mereka, memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengandung bayi dengan cacat tabung saraf, termasuk anencephaly.
Dengan begitu, kekurangan asam folat memainkan peran penting dalam menyebabkan anencephaly.
Diabetes
Selain kekurangan asam folat, cacat lahir ini dapat disebabkan oleh penyakit diabetes. Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi bisa membahayakan perkembangan bayi dan meningkatkan risiko bayi mengalami cacat tabung saraf.
Suhu tubuh yang tinggi
Bagi ibu hamil yang gemar berendam air panas atau melakukan sauna sebaiknya menghindari kegiatan tersebut. Sebab, suhu tubuh yang tinggi diketahui dapat meningkatkan risiko mengandung bayi dengan cacat tabung saraf.
Dengan begitu, moms sebaiknya menghindari berendam air panas di awal kehamilan ya. Selain berendam atau terkena paparan panas lainnya, demam pun dapat meningkatkan risiko ini. Jadi, selalu jaga kesehatan, baik itu ketika hamil atau tidak.
Obat-obatan tertentu
Ibu hamil yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat anti kejang, obat heroin (obat terlarang), dan obat penghilang rasa sakit seperti hidrokodon, berisiko tinggi memiliki bayi dengan kondisi anencephaly.
Oleh karena itu, ketika hamil atau sedang menjalani program hamil, moms sebaiknya tidak mengonsumsi obat-obatan bebas tanpa pengawasan dokter.
Obesitas
Moms, wanita yang memiliki berat badan berlebih atau disebut juga dengan obesitas berisiko tinggi untuk memiliki bayi dengan cacat tabung saraf, termasuk anencephaly.
Selain itu, obesitas pada ibu hamil juga bisa menyebabkan terjadinya sleep apnea (gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang berhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur), pembekuan darah, hingga tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan preeklampsia pada ibu hamil.
Gejala Anencephaly
Moms, kelainan tabung saraf ini dapat memunculkan beberapa gejala. Berikut ini adalah tanda-tanda yang biasa muncul pada bayi penderita anencephaly:
- Tidak ada tulang di belakang
- Tidak ada tulang pada bagian depan dan samping kepala
- Ada lipatan di telinga bayi
- Langit-langit mulut bayi sumbing
- Terkadang bayi penderita kelainan bawaan ini memiliki kelainan jantung bawaan.
Itulah gejala dari kelainan bawaan ini. Sama seperti cacat tabung saraf lainnya, anencephaly biasanya terjadi selama minggu ketiga dan minggu keempat kehamilan.
Kelainan ini terjadi ketika bagian tubuh bayi yang lainnya terus terbentuk dan bertumbuh seiring perkembangan usia kehamilan, namun tabung saraf tidak menutup dengan baik, sehingga otak dan tengkorak tidak bisa berkembang dengan sempurna.
Diagnosis Anencephaly
Moms, cacat pada bayi ini bisa dideteksi pada trimester pertama sejak usia kehamilan 12-13 minggu dengan beberapa tes, seperti USG atau pemeriksaan MRI.
Berikut adalah beberapa tes yang biasa dilakukan untuk mendeteksi anensefali pada bayi.
Tes Skrining darah dan USG
Tes skrining atau prenatal screening merupakan prosedur yang dilakukan selama kehamilan untuk melihat apakah bayi memiliki kelainan atau cacat lahir tertentu.
Jika ternyata bayi dalam kandungan mengidap anensefali akan menghasilkan hasil yang abnormal pada tes skrining darah.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis anensefali dengan menggunakan gelombang suara yang menghasilkan gambar tentang kondisi bayi di dalam kandungan, seperti melihat tengkorak, otak, dan tulang belakang bayi.
Pemeriksaan MRI
Selain dengan tes skrining dan USG, pemeriksaan MRI juga bisa mendiagnosis anensefali. Tes Pemeriksaan MRI ini bisa memperlihatkan dengan lebih rinci tentang kondisi otak dan tulang belakang bayi. Namun, bebelum melakukan tes ini, moms harus berdiksusi dahulu dengan dokter kandungan.
Amniosentesis
Amniocentesis merupakan prosedur untuk memeriksa sampel cairan ketuban. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada janin, dan biasanya akan disarankan kepada ibu hamil pada usia kehamilan 15–20 minggu.
Cara Mencegah Anencephaly
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kelainan bawaan ini tidak bisa disembuhkan atau diobati. Meski demikian, kondisi ini ternyata bisa dicegah dengan beberapa cara, termasuk menerapkan pola hidup sehat.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah kelainan anencephaly pada bayi:
Memenuhi kebutuhan asam folat
Kelainan ini bisa dicegah dengan memulai pola hidup sehat selama masa kehamilan, termasuk memenuhi kebutuhan asam folat.
Asam folat memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pembentukan sel-sel dan sistem organ pada janin, seperti otak dan sumsung tulang belakang, serta pembentukan sel darah merah.
Untuk mendapatkan asam folat ini, moms bisa mengonsumsi vitamin prenatal dengan 400 mikrogram asam folat, baik sebelum atau selama kehamilan.
Selain itu, moms juga bisa memenuhi asam folat dengan mengonsumsi makanan yang kaya asam folat, seperti kacang-kacangan, asparagus, telur, sayuran daun hijau, serta hati sapi.
Kurangi konsumsi makanan manis dan berlemak
Selain mengonsumsi vitamin dan makanan yang mengandung asam folat, cacat pada bayi ini bisa dicegah dengan cara tidak mengonsumsi makanan manis dan berlemak dengan berlebihan.
Sebab, gula dalam darah yang terlalu tinggi bisa meningkatkan risiko cacat tabung saraf pada bayi.
Selain itu, moms juga bisa mencegah cacat pada bayi ini dengan cara menjaga berat badan tetap ideal, rutin melakukan olahraga, serta tidak mengonsumsi obat-obatan tanpa pengawasan dokter.
Itulah informasi tentang anencephaly. Untuk mendapatkan informasi lainnya tentang pola asuh dan kesehatan anak, kunjungi laman blog pada website maduvitummy.id.
Madu Vitummy merupakan madu yang mengandung ekstrak rempah-rempah pilihan, seperti temulawak, temu hitam, bawang putih, dan pepaya yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan, meningkatkan nafsu makan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah anak dari risiko infeksi cacingan.
Yuk miliki Madu Vitummy sekarang juga!