Pernahkah moms mendengar kata disgrafia? Jika belum, yuk kita simak sama-sama dalam artikel ini.
Moms, ketika tulisan anak sulit dibaca, jangan langsung memarahi atau menganggap bahwa ia malas untuk belajar menulis, bisa jadi itu adalah tanda dari disgrafia.
Disgrafia merupakan kelainan saraf yang mempengaruhi keterampilan motorik halus sehingga menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam menuangkan pikiran ke dalam sebuah bentuk tulisan.
Umumnya, anak yang mengidap disgrafia akan menulis dengan cara yang sangat pelan karena ia mengalami kesulitan dalam menyelaraskan antara pikiran dan gerakan otot tangannya. Hasil tulisannya pun cenderung tidak jelas sehingga kerap disebut sebagai tulisan ceker ayam.
Gejala Disgrafia
Disgrafia tak hanya dialami oleh anak-anak, tetapi orang dewasa pun bisa mengalaminya. Gejala dari kondisi ini adalah tulisan yang tidak jelas dan sulit dibaca.
Meski demikian, orang yang memiliki tulisan tidak rapi belum tentu mengidap disgrafia. Melansir dari jurnal psikologi, selain tulisan tangan yang sulit dibaca, penderita disgrafia juga akan menunjukan beberapa gejala seperti:
- Ukuran huruf dan bentuk tulisannya tidak proporsional.
- Sulit memegang pulpen atau pensil dengan pas sehingga kerap memegang alat tulis tersebut terlalu dekat dan hampir menempel dengan kertas, serta menggenggam alat tulis dengan kencang sehingga menimbulkan kram tangan.
- Terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis dan suka berbicara sendiri ketika menulis.
- Cara menulis yang tidak konsisten, sulit mengatur jarak antar kata, dan tidak mengikuti alur garis dengan tepat.
- Masih mengalami kesulitan meskipun hanya menyalin contoh dari tulisan yang sudah ada.
- Sering menghapus tulisan secara berulang-ulang.
- Cenderung menulis dengan cara yang sangat lambat.
- Sering mengalami kesalahan dalam mengeja atau menulis, dan kerap menggunakan tanda baca yang salah.
Anak-anak yang mengalami disgrafia sering dianggap sebagai anak bodoh, malas belajar, bahkan anak nakal. Akibatnya, baik anak, guru, maupun orang tua akan menjadi frustasi.
Padahal, meskipun memiliki kesulitan dalam menulis, anak-anak pengidap disgrafia secara umum masih memiliki tingkat kecerdasan yang normal dan tidak memiliki perbedaan IQ yang signifikan dengan anak-anak lainnya yang memiliki kemampuan menulis secara normal.
Penyebab Disgrafia
Moms, pada dasarnya penyebab disgrafia belum diketahui secara pasti, namun apabila hal itu terjadi secara tiba-tiba, bisa jadi itu disebabkan oleh trauma pada bagian kepala, baik itu trauma akibat kecelakaan, atau trauma yang disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti stroke atau demensia.
Melansir dari jurnal UPBJJ-UT Semarang, tentang pembelajaran menulis untuk anak disgrafia di sekolah dasar, penyebab paling umum dari kondisi ini adalah adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis.
Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang kesulitan menulis adalah gangguan motorik anak, gangguan perilaku yang dialami anak, gangguan persepsi pada anak, gangguan memori, gangguan tangan pada anak, kesulitan memahami instruksi, dan gangguan melaksanakan cross modal (kemampuan mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik).
Selain itu, kesulitan anak menulis bisa juga disebabkan oleh faktor keturunan atau adanya kesalahan pada pembelajaran menulis permulaan, seperti kesalahan dalam mengajari anak memegang pensil atau alat tulis.
Cara Mengatasi Pengidap Disgrafia
Moms, anak-anak yang mengalami disgrafia cenderung mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Mereka pun kerap mendapatkan tuduhan ceroboh atau malas karena memiliki tulisan tangan yang tidak rapi.
Untuk mengatasi hal tersebut, moms perlu melakukan perawatan lebih untuk mendukung kemampuan belajar dan menulis.
Menurut sebuah penelitian, ada beberapa bentuk intervensi psikologis secara aplikatif yang dapat dijadikan sebagai pendamping dalam proses belajar, contohnya adalah senam otak.
Senam otak sering digunakan sebagai terapi untuk beberapa jenis gangguan pada anak-anak seperti gangguan pemusatan perhatian, gangguan emosional, sindrom bayi, dan gangguan kemampuan belajar.
Senam otak menjadi jalan alternatif untuk melatih kemampuan anak karena bersifat menyenangkan dan mudah dipraktekan.
Terapi ini dipercaya dapat mengaktifkan sel dalam otak untuk mengkoordinasikan antara mata dengan tangan, serta mempersiapkan kekuatan otot agar memiliki kelenturan dan fleksibilitas di bagian lengan dan tangan.
Dengan senam otak, anak akan belajar menulis dengan nyaman tanpa stress sehingga rasa percaya dirinya pun meningkat. Berikut ini adalah gerakan senam otak yang dapat diaplikasikan sebagai terapi kesulitan menulis:
Double doodle atau coretan ganda
Siapkan dua spidol dengan warna yang berbeda, kemudian siapkan papan tulis atau kertas polos untuk ditempelkan di dinding.
Setelah ditempelkan di dinding, biarkan anak berdiri dengan nyaman di depan papan tulis atau kertas dengan kedua tangan memegang spidol.
Setelah siap, mintalah ia untuk menggambar bentuk yang sama dengan kedua tangannya. Selain itu, mintalah ia untuk menggambar lingkaran, segitiga, hati, pohon, dan bentuk lainnya.
Ketika melakukan gerakan menggambar, kepala dan matanya akan bergerak dengan santai. Hasil gambarnya pun akan terlihat aneh dan berantakan karena ia diharuskan untuk menggambar dengan tangannya yang kurang biasa digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Maka dari itu, hindari memberikan penilaian negatif, namun tetap berikan semangat kepada anak untuk menciptakan beberapa bentuk gambar.
Ingat! Yang terpenting adalah proses, bukan hasil. Jadi, moms harus lebih semangat dan lebih sabar lagi ya.
Arm activation atau mengaktifkan tangan
Senam arm activation memiliki manfaat untuk mempersiapkan kekuatan otot dan kelenturan tangan sehingga anak mampu mengerjakan semua aktivitas yang melibatkan lengan dan tangan, seperti menulis atau melempar dengan tepat.
Langkah-langkah untuk melakukan arm activation adalah luruskan tangan kiri ke atas di samping kuping, kemudian tangan kanan memegang siku tangan kiri.
Setelah itu, dorong tangan ke depan, belakang, samping kanan dan kiri, usahakan agar tangan kanan menahan dorongan tangan kiri tersebut.
Pada saat melakukan gerakan, cobalah untuk memintanya menghembuskan nafas secara perlahan dalam hitungan delapan kali, kemudian ulangi beberapa kali dengan hitungan yang sama.
Setelah selesai melakukan gerakan, putar atau gerakan bahu sebagai relaksasi agar tubuh anak tidak tegang. Setelah menyelesaikan bagian tangan kiri, lakukan gerakan ulang dengan menggunakan tangan kanan.
Alphabet 8’s atau huruf ditulis dengan kurva 8
Alphabet 8’s memiliki manfaat untuk mengaktifkan otot utama pada bagian lengan, bahu, dan dada. Untuk melakukan alphabet 8’s, siapkan spidol dan papan tulis atau kertas polos yang ditempelkan di dinding.
Kemudian, mintalah anak untuk menggambar pola angka 8 dengan kaidah alphabet 8’s di papan tulis atau kertas yang telah dipersiapkan. Moms juga dapat meminta ia untuk menulis huruf A sampai Z mengikuti pola alphabet 8’s.
Selain senam otak, moms juga dapat melatih kemampuan tangan anak dengan mengajaknya bermain tanah liat atau mainan lainnya yang dapat melatih kemampuan motorik halus untuk membantu memperkuat otot tangan dan meningkatkan koordinasi mata dan tangannya.
Itulah beberapa tips dari Mindy untuk mengatasi disgrafia dan melatih kemampuan menulis pada anak. Jangan lupa untuk selalu memberikan pujian ketika ia berhasil menulis dengan tepat ya moms.
Untuk meningkatkan kesehatan anak agar ia dapat belajar tanpa hambatan, berikanlah ia Madu Vitummy setiap pagi dan malam sebelum tidur.
Dengan Madu Vitummy, anak sehat dan kuat, mommy bebas penat. Yuk miliki Madu Vitummy sekarang juga!