Moms, istilah diabetes memang sudah tidak asing di telinga kita, namun pernahkah moms mendengar tentang prediabetes?
Sesuai dengan namanya, prediabetes merupakan tahapan yang dilalui sebelum masuk ke fase diabetes melitus tipe 2.
Dilansir dari RSUD dr. Loekmonohadi Kudus, istilah ini merujuk pada kondisi di mana kadar gula dalam darah mulai melebihi batas normal, tapi belum terlalu tinggi untuk dikategorikan sebagai penyakit diabetes melitus tipe 2.
Meski belum bisa dikategorikan sebagai diabetes dan umumnya tidak menimbulkan gejala tertentu, prediabetes merupakan peringatan yang tidak boleh diabaikan.
Sebab, jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa berkembang menjadi diabetes melitus.
Faktor Risiko Prediabetes
Moms, prediabetes bisa dialami oleh siapa saja, namun penderita penyakit ini memiliki faktor sisiko yang hampir sama dengan diabetes melitus tipe 2.
Pasalnya, penderita diabetes melitus mengalami kondisi ini sebelumnya. Faktor risiko tersebut antara lain adalah:
Baca Juga: Inilah 5+ Alasan Kenapa Puasa Bikin Ngantuk, Ketahui Yuk!
- Usia
- Obesitas
- Orang tua memiliki penyakit diabetes melitus
- Merokok
- Sering mengonsumsi gula/soda secara berlebihan
- Kolesterol tinggi
- Kurang aktivitas fisik
- Hipertensi
Selain itu, penderita prediabetes akan mengalami resistensi insulin sehingga kadar gula dalam darah meningkat.
Insulin ini merupakan hormon alami yang dihasilkan tubuh, tepatnya organ pankreas yang berfungsi untuk mengontrol kadar gula darah sekaligus mengubah glukosa menjadi sumber energi melalui sel otot, lemak, dan hati.
Bagaimana Cara Mengetahui Prediabetes?
Umumnya, penyakit ini tidak memiliki gejala khas sehingga tidak bisa dideteksi secara langsung. Untuk mengetahui penyakit ini, perlu melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
Tes Gula Darah Puasa (GDP)
Tes ini bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah dalam keadaan perut kosong. Oleh karena itu, sebelum melakukan tes ini, pasien diharuskan untuk berpuasa sekitar 8-12 jam.
Jika hasil tes menunjukkan angka di bawah 100 mg/dL, maka kadar gula pasien dinilai normal. Sedangkan jika hasil tes menunjukan angka 100-123 mg/dL, pasien dikategorikan sebagai prediabetes.
Namun, jika hasil test di atas 126 mg/dL, pasien bisa dikategorikan ke dalam diabetes melitus tipe 2.
Tes Toleransi Glukosa Oral
Setelah melakukan tes gula dara puasa, pasien akan diminta untuk meminum cairan gula. Kemudian setelah 2 jam, pasien harus kembali melakukan tes gula darah.
Jika hasil tes menunjukan kurang dari 140 mg/dL, maka kadar gula pasien bisa dikatakan normal. Sementara jika hasil tes menunjukkan angka 140-199 mg/dL, maka pasien dianggap mengalami prediabetes.
Lalu, jika hasil tes menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, maka pasien bisa dikategorikan sebagai pengidap diabetes melitus tipe 2.
Tes Hemoglobin A1c (HbA1c)
Tes darah ini dilakukan untuk mengetahui kadar rata-rata gula darah pasien selama 3 bulan terakhir dengan cara mengukur persentase gula darah yang melekat pada hemoglobin.
Nah, semakin tinggi kadar gula darah, maka akan semakin tinggi juga gula darah yang melekat pada sel darah merah.
Jika hasil tes menunjukan kadar HbA1c berada di bawah 5,7%, maka pasien dikatakan normal.
Sementara jika hasil tes berada pada kisaran 5,7-6,4%, pasien dianggap sudah memasuki kondisi prediabetes.
Namun, jika hasil test menunjukan kadar HbA1c mencapai 6,5% atau lebih, maka pasien dianggap menderita diabetes melitus 2.
Tes Estimasi Glukosa Rata-Rata
Tes ini untuk mengetahui nilai rata-rata gula darah, namun lebih akurat dari test sebelumnya. Tujuan dari tes ini adalah untuk menentukan apakah seseorang menderita prediabetes atau tidak.
Jika pasien berisiko tinggi mengalami diabetes melitus, dokter akan meresepkan obat metformin untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
Selain itu, dokter pun bisa meresepkan obat untuk mengontrol tekanan darah atau kolesterol jika terdapat penyakit lainnya, seperti hipertensi atau kolesterol tinggi.
Tak hanya itu, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidup, seperti melakukan pola makan sehat, diet, menghentikan kebiasaan merokok, dan melakukan olahraga.
Komplikasi Prediabetes
Jika tidak ditangani dengan segera, kondisi ini bisa berubah menjadi diabetes melitus 2 atau gangguan kesehatan lainnya, seperti:
- Penyakit jantung
- Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
- Kolesterol tinggi
- Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
- Tekanan darah tinggi
- Luka di kaki yang tidak kunjung sembuh dan berisiko amputasi
- Kerusakan mata (retinopati diabetik) yang dapat menimbulkan kebutaan
- Gangguan pendengaran
- Infeksi kulit
- Penyakit Alzheimer
Cara Pengobatan Prediabetes
Setelah pasien didiagnosis prediabetes, ia mungkin akan panik dan bertanya-tanya apakah prediabetes bisa sembuh?
Dilansir dari Rumah Sakit Siloam, prediabetes bisa diobati agar tidak berkembang menjadi diabetes melitus.
Jadi, moms jangan terlalu khawatir dan tetap semangat untuk menjalani pola hidup sehat agar prediabetes cepat hilang dari tubuh.
Itulah informasi tentang prediabetes. Sangat berbahaya bukan? Nah, mungpung dalam momen puasa, sebaiknya kita optimalkan puasa kita dengan mulai mengatur pola hidup yang sehat.
Puasa membantu mendisiplinkan pola makan, seperti makan teratur dua kali sehari, yaitu sahur dan buka, kemudian membatasi asupan makanan sehingga kita bisa lebih mudah dalam memilih jenis makanan sehat yang ingin kita konsumsi.
Nah, untuk membantu mengoptimalkan daya tahan tubuh, terutama pada si kecil, jangan lupa untuk mengonsumsi Madu Vitummy setiap sahur dan buka puasa.
Madu Vitummy membantu meningkatkan nafsu makan, daya tahan tubuh, dan mencegah anak dari cacingan.
Yuk, rutin minum Madu Vitummy setiap hari secara teratur!