Riset menunjukkan setidaknya 22% anak di Indonesia masih mengalami stunting. Salah satu ciri yang paling menonjol adalah tinggi badan anak stunting yang relatif lebih pendek dari seharusnya.
Anak dikatakan stunting jika tingginya berapa? Yuk kita bahas bersama dalam artikel ini!
Apa Ciri-ciri Anak Stunting?
Sebelum membahas tentang tinggi badan anak stunting, apakah Moms sudah tau apa itu stunting?
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kurangnya gizi, infeksi berulang, dan kurangnya rangsangan psikososial yang tepat.
WHO menyebutkan bahwa stunting yang terjadi pada masa awal kehidupan, terutama dalam 1000 hari pertama, dapat mengganggu perkembangan anak dan berdampak negatif pada fungsi tubuhnya.
Berikut ini ciri-ciri anak stunting yang perlu Moms pahami:
- Berat Badan Lebih Ringan
Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki berat badan yang lebih ringan dibandingkan dengan anak seusianya. Meskipun si Kecil makan, tubuhnya tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk tumbuh dengan baik.
Ini sering kali terlihat pada grafik berat badan yang tidak berkembang sesuai dengan standar.
- Rentan Mengalami Gangguan Tulang
Stunting dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan tulang anak. Anak yang stunting seringkali memiliki tulang yang lebih rapuh dan lebih rentan terhadap patah tulang.
Hal ini terjadi karena tubuh kekurangan nutrisi penting seperti kalsium dan vitamin D yang diperlukan untuk pembentukan tulang yang sehat.
- Pertumbuhan Gigi Terlambat
Dilansir dari Klik Dokter, anak yang stunting juga dapat mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan gigi, Moms.
Gigi mereka mungkin tumbuh lebih lambat atau tidak tumbuh pada waktu yang seharusnya, yang bisa menjadi tanda adanya masalah dalam perkembangan tubuh secara keseluruhan.
- Gangguan Tumbuh Kembang
Moms, stunting tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan mental dan motorik anak.
Anak yang mengalami stunting mungkin tampak lebih lambat dalam tanda-tanda perkembangan, seperti merangkak, berjalan, atau berbicara dibandingkan dengan anak-anak lain di usia yang sama.
- Keterlambatan dalam Berpikir
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya menjelaskan bahwa kemampuan berpikir anak stunting cenderung lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
- Kemampuan Kognitif Kurang
Beberapa penelitian juga telah membuktikan adanya dampak stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak.
Si Kecil mungkin kesulitan memahami konsep-konsep dasar, berinteraksi dengan teman sebayanya, atau menyelesaikan tugas sederhana. Ini terjadi karena kekurangan nutrisi yang penting bagi perkembangan otak.
- Mudah Sakit
Anak yang stunting memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga mereka lebih mudah sakit.
Kekurangan nutrisi dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit, membuat anak rentan terhadap berbagai penyakit.
- Terlihat Lemas
Anak yang mengalami stunting sering kali terlihat tidak bertenaga atau terlihat lemas, Moms. Mereka cenderung terlihat lesu dan kurang semangat dalam melakukan berbagai aktivitas.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya energi yang diperoleh dari makanan yang bergizi, yang seharusnya mendukung tubuh untuk berfungsi dengan baik.
Tanpa asupan nutrisi yang cukup, anak-anak ini sering kali merasa kekurangan tenaga untuk bermain, bergerak, atau bahkan melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa mereka lakukan.
- Mudah Lelah
Ciri-ciri anak stunting lainnya adalah mudah merasa lelah, padahal tidak melakukan aktivitas yang berat. Kekurangan gizi yang dialami menyebabkan tubuh mereka tidak memiliki energi yang cukup untuk bertahan lebih lama saat beraktivitas.
- Kurang Aktif
Ketika si Kecil mengalami stunting, umumnya akan lebih pasif dan kurang aktif jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang seusia.
Mereka mungkin lebih sering memilih untuk duduk diam, tidur, atau tidak melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan. Ini karena kurangnya energi dan stamina tubuh.
Baca Juga: Tabel Tinggi dan Berat Badan Anak Usia 6-12 Tahun yang Ideal
Tinggi Badan Anak Stunting
Selain ciri-ciri di atas, tinggi badan anak stunting biasanya lebih pendek dari anak seusianya.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik anak tidak berkembang sesuai dengan yang seharusnya, karena tubuh mereka kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan yang optimal.
Stunting dapat memengaruhi tinggi badan secara signifikan, yang terlihat jelas saat dibandingkan dengan teman sebaya yang mendapatkan gizi dan perawatan yang lebih baik.
Anak dikatakan stunting jika tinggi badan mereka lebih dari dua deviasi standar di bawah standar pertumbuhan anak WHO.
WHO menggunakan sistem Z-Score atau deviasi standar untuk mengukur pertumbuhan anak. Z-Score mengukur seberapa jauh ukuran tubuh anak dibandingkan dengan rata-rata populasi referensi yang sehat.
Berikut ini contoh tinggi badan anak stunting, berdasarkan tabel Length/height-for-age Charts WHO:
- Anak usia 0-6 bulan:
- Laki-laki: Jika tinggi badan anak di bawah 58 cm.
- Perempuan: Jika tinggi badan anak di bawah 57 cm.
- Anak usia 6-12 bulan:
- Laki-laki: Jika tinggi badan anak di bawah 64 cm.
- Perempuan: Jika tinggi badan anak di bawah 63 cm.
- Anak usia 1 tahun:
- Laki-laki: Jika tinggi badan anak di bawah 74 cm.
- Perempuan: Jika tinggi badan anak di bawah 73 cm.
- Anak usia 1,5 tahun:
- Laki-laki: Jika tinggi badan anak di bawah 79 cm.
- Perempuan: Jika tinggi badan anak di bawah 78 cm.
- Anak usia 2 tahun:
- Laki-laki: Jika tinggi badan anak berada di bawah 87 cm.
- Perempuan: Jika tinggi badan anak berada di bawah 86 cm.
- Anak usia 5 tahun:
- Laki-laki: Jika tinggi badan anak berada di bawah 102 cm.
- Perempuan: Jika tinggi badan anak berada di bawah 101 cm.
Standar-standar ini membantu para profesional kesehatan mengidentifikasi anak-anak yang mungkin berisiko mengalami stunting.
Apakah Anak Stunting Bisa Tumbuh Tinggi?
Stunting merupakan suatu kondisi di mana seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan yang menyebabkan panjang atau tinggi badannya tidak tumbuh sesuai potensinya.
Tapi, apakah tinggi badan anak stunting bisa bertambah?
Penelitian menunjukkan bahwa perbaikan tinggi badan anak stunting sangat bergantung pada perubahan lingkungan dan kondisi hidup mereka.
Jika si Kecil tetap berada dalam situasi yang sama, yaitu kekurangan gizi, lingkungan yang kurang mendukung, atau akses yang terbatas ke layanan kesehatan, maka kemungkinan untuk catch-up growth atau pemulihan pertumbuhan, sangat kecil atau bahkan tidak ada.
Tapi jangan panik dulu Moms, memberikan suplemen nutrisi yang tepat dinilai dapat meningkatkan prospek pertumbuhan, meskipun efektivitasnya bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan durasi stunting.
Cara Cek Apakah Anak Stunting?
Untuk mengetahui apakah anak mengalami stunting, Moms bisa memantau pertumbuhan anak sejak dini dengan langkah-langkah di bawah ini:
- Perhatikan Tinggi Badan Anak
Bandingkan tinggi badan anak dengan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO atau menggunakan kurva pertumbuhan dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Jika tinggi anak dua deviasi standar di bawah rata-rata tinggi badan sesuai usia, tandanya anak mengalami stunting.
- Pantau Berat Badan
Seperti yang telah disebutkan, salah satu ciri anak stunting adalah berat badan yang relatif ringan. Oleh karena itu, Moms perlu memantau berat badan si Kecil secara rutin.
- Ukur Lingkar Kepala dan Lengan Atas
Bukan cuma tinggi badan, tapi lingkar kepala dan lengan atas bisa memberi gambaran status gizi anak. Lingkar yang kurang dari standar dapat menjadi indikator kekurangan gizi yang terkait dengan stunting.
- Observasi Perilaku Anak
Observasi perilaku anak adalah cara sederhana namun efektif untuk mendeteksi potensi stunting. Anak yang mengalami stunting biasanya menunjukkan perilaku atau gejala yang berbeda dari teman-temannya yang tumbuh dengan normal.
Perhatikan apakah anak berperilaku aktif, terlihat lesu, mudah lelah, terlambat dalam perkembangan motorik, maupun kognitif.
- Periksakan Melalui Fasilitas Kesehatan
Cara cek apakah anak stunting selanjutnya adalah dengan memeriksanya melalui fasilitas kesehatan seperti posyandu.
Di posyandu, anak akan ditimbang dan diukur tinggi badannya secara rutin. Petugas kesehatan akan mencatat hasil pengukuran ini pada Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
Selain itu, Moms juga bisa langsung berkonsultasi dengan dokter anak. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin akan meminta tes tambahan seperti laboratorium untuk mengidentifikasi adanya masalah gizi atau gangguan medis lainnya yang memengaruhi pertumbuhannya.
Dokter juga dapat memberikan rekomendasi mengenai perawatan, pemberian makanan bergizi, dan intervensi yang diperlukan untuk membantu anak mengejar pertumbuhannya.
Apa Beda Stunting dan Pendek?
Sering dikira sama, ternyata stunting dan pendek berbeda, lho, Moms.
Stunting adalah kondisi yang disebabkan oleh kekurangan gizi, infeksi, atau faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan anak secara keseluruhan. Anak yang stunting biasanya mengalami gangguan pertumbuhan jangka panjang.
Sedangkan, anak yang pendek lebih mengarah pada kondisi fisik anak yang memang lebih pendek dibandingkan teman-temannya. Ini biasanya disebabkan oleh faktor genetik keluarga. Anak dengan tinggi badan pendek bisa tetap memiliki perkembangan yang sehat dan proporsional sesuai dengan usianya.
Tips Mencegah Anak Stunting
Data dari Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak stunting di Indonesia masih tergolong cukup tinggi.
Oleh karena itu, penanganan stunting pada anak menjadi tugas bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Bagi ibu hamil atau sebelum menjalani persalinan, mencegah anak stunting bisa dilakukan dengan cara:
- Menyediakan makanan tinggi protein untuk ibu hamil.
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan berkala (antenatal care).
- Mencegah dan menangani anemia (kurang darah) pada ibu hamil.
- Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat seperti dokter, bidan, atau puskesmas.
Sedangkan, untuk pencegahan setelah persalinan, Moms bisa melakukan tips berikut ini:
- Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.
- Menyediakan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat untuk bayi.
- Melengkapi imunisasi.
- Memberikan stimulasi dini untuk perkembangan anak.
- Menyediakan air minum bersih dan sanitasi yang layak.
- Memberikan layanan dan perawatan kesehatan optimal saat si Kecil sakit.
Dengan menjalankan tips di atas, diharapkan angka stunting di Indonesia dapat ditekan dan generasi mendatang tumbuh sehat dan produktif.
Untuk mendukung tumbuh kembang optimal si Kecil, Vitummy hadir sebagai solusi tepat!
Diformulasikan dari madu hutan asli, ekstrak pepaya, bawang putih, temulawak, dan temu hitam, Vitummy membantu menjaga daya tahan tubuh, meningkatkan kesehatan pencernaan, serta memastikan nutrisi terserap maksimal.
Dengan rasa jeruk yang segar, Vitummy pasti disukai si Kecil! Segera dapatkan Vitummy untuk pertumbuhan si Kecil yang maksimal!