Moms, belakangan ini, masyarakat Indonesia tengah dihebohkan oleh berita demam keong yang mewabah di Sulawesi Tengah.
Sebab, hampir 200 orang lebih di Sulawesi Tengah terkena demam keong atau dalam istilah medis disebut dengan Schistosomiasis.
Sebenarnya, demam keong ini merupakan penyakit endemis yang telah lama menjadi ancaman bagi masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya yang tinggal di sekitar Lembah Napu dan Bada di Kabupaten Poso, serta Lembah Lindu di Kabupaten Sigi.
Selain di Indonesia, penyakit ini juga sering ditemukan di benua Afrika, tapi tak sedikit kasus juga ditemukan di wilayah lain, seperti Timur Tengah, Amerika Selatan, hingga berbagai negara di Asia Tenggara.
Secara umum, penyakit ini tidak bersifat fatal. Namun bila dibiarkan, demam keong bisa menyerang dan memicu kerusakan berbagai macam organ dalam tubuh.
Lantas Apa Itu Demam Keong?
World Health Organization menyebutkan bahwa demam keong atau Schistosomiasis merupakan penyakit parasit akut dan kronis yang disebabkan oleh cacing darah (cacing trematoda) dari genus Schistosoma yang ditularkan melalui keong Oncomelania Hupensis lindoensis.
Cacing trematoda ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan stunting atau gangguan tumbuh kembang dan kemampuan belajar anak. Sementara pada orang tua dan dewasa, cacing ini bisa menurunkan kemampuan bekerja dan beraktivitas.
Baca Juga Mom’s: Marasmus, Penyakit Gizi Buruk Yang Sebabkan Kematian
Menurut sebuah penelitian, pada tahun 2017 diperkirakan ada sekitar 219,9 juta orang secara global membutuhkan pengobatan akibat penyakit Schistosomiasis yang tersebar di 52 negara.
Selain itu, WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2021 perkiraan menunjukan bahwa setidaknya ada 251,4 juta orang membutuhkan pengobatan untuk pencegahan demam keong ini.
Nah, guna mencegah penyebaran dan perluasan penyakit ini, penting bagi kita untuk memahami cara mencegah dan fakta-fakta tentang demam keong.
Berikut ini adalah berbagai fakta tentang demam keong yang sering terjadi di daerah Sulawesi Tenggara.
Penyebaran dan Infeksi Demam Keong
Moms, demam keong disebabkan oleh infeksi cacing parasit Schistosoma haematobium, Schistosoma japonicum, dan Schistosoma mansoni yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit ketika seseorang melakukan aktivitas atau kontak langsung dengan air yang terkontaminasi oleh cacing, misalnya ketika mencuci pakaian, mandi, atau berenang.
Cacing yang masuk ke dalam tubuh pun kemudian akan menyebar ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah, lalu bersarang selama beberapa minggu sebelum menetaskan telurnya.
Setelah menetas, larva akan berkembang menjadi cacing dewasa dan mulai bergerak ke organ tubuh lainnya, seperti paru-paru dan hati.
Seperti namanya, penyakit ini disebut sebagai demam keong karena cacing-cacing Schistosoma dibawa oleh siput atau keong yang hidup di air tawar, seperti danau, sungai, waduk, atau kolam.
Meski begitu, pengidap demam keong pun bisa mencemari sumber air tawar melalui feses atau urine yang mengandung telur parasit.
Oleh karena itu, seseorang bisa tertular penyakit ini ketika bersentuhan atau kontak langsung dengan air yang tercemar.
Meski begitu, penyakit ini tidak bisa menular antar manusia melalui kontak fisik secara langsung. Selain itu, cacing-cacing tersebut tidak ditemukan di laut atau kolam renang yang mengandung klorin.
Ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko terkena demam keong, di antaranya adalah tinggal atau bepergian ke daerah yang sedang terjadi wabah schistosomiasis, kontak langsung dengan air tawar yang tercemar, serta memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Gejala Demam Keong
Moms, dilansir dari laman halodoc, gejala demam keong biasanya berbeda-beda, tergantung pada fase perjalanan penyakit.
Namun, gejala demam keong ini biasanya meliputi gatal dan ruam, demam, nyeri kepala, nyeri otot, dan sesak nafas.
Pada kasus kronis, gejala yang timbul tergantung dengan lokasi organ yang terinfeksi.
Misalnya, ketika cacing parasit menyerang organ hati atau pencernaan, maka gejala yang timbul bisa berupa diare, pendarahan pada tinja, hingga tekanan darah tinggi pada vena serta pembuluh darah pada sistem pencernaan.
Selain itu, jika cacing parasit menyerang sistem urin, maka gejala yang timbul berupa nyeri ketika buang air kecil atau munculnya darah dalam urin.
Jika dibiarkan, penyakit ini bisa meningkatkan risiko kanker kandung kemih, anemia, serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
Pencegahan Demam Keong
Pada dasarnya, belum ada vaksin maupun obat yang dapat mencegah penyakit Schistosomiasis.
Namun, moms bisa memberikan Madu Vitummy pada keluarga, khususnya si kecil karena Madu Vitummy mengandung bahan-bahan alami yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan membasmi cacing parasit hingga ke telurnya.
Selain itu, jika tinggal atau sedang mengunjungi daerah dengan kasus Schistosomiasis yang tinggi, sebaiknya hindari mencuci tangan, mandi, atau berenang di air tawar.
Moms juga bisa menggunakan sepatu boots atau sepatu anti air jika hendak melewati aliran air tawar atau sungai.
Jangan lupa untuk merebus dan menyaring air jika harus mengonsumsi air minum yang berasal dari sumber air yang mungkin terkontaminasi,
Pengobatan
Dilansir dari jurnal kesehatan, penyakit schistosomiasis bisa diobati dengan obat cacing bernama praziquantel.
Akan tetapi, obat tersebut bekerja efektif ketika cacing sudah tumbuh sedikit lebih besar.
Dengan begitu, penderita penyakit ini harus mengulangi pengobatan beberapa minggu setelah dosis pertama.
Diagnosis Demam Keong
Untuk mendiagnosis penyakit ini dokter biasanya akan melakukan sesi tanya jawab terkait gejala dan riwayat bepergian ke daerah di mana kasus schistosomiasis sering ditemukan. Sesi tanya jawab pun harus dilakukan secara rinci dan meliputi faktor risiko lainnya.
Selain itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dari kepala hingga ujung kaki untuk mencari apakah ada berbagai kelainan yang disebabkan oleh cacing parasit yang menginfeksi.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaan eosinofil, pemeriksaan antibodi, dan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya telur cacing melalui sampel urin atau tinja.
Apabila belum ditemukan adanya gejala atau kelainan, dokter biasanya akan menyarankan pasien yang pernah bepergian ke daerah penyakit endemik ini untuk kontrol kembali tiga bulan kemudian.
Sebab, cacing parasit penyebab infeksi biasanya tumbuh dewasa setelah 40 hari. Dengan begitu, pemeriksaan darah bisa memberikan keterangan negatif palsu apabila dilakukan sebelum 6-8 minggu setelah pasien terkena air yang terkontaminasi.
Namun, jika terdapat gejala sistem pencernaan atau urinasi, biopsi rectum atau kandung kemih bisa dilakukan.
Nah, itulah informasi tentang demam keong. Untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang pola asuh atau kesehatan anak selama bulan Ramadhan, selalu kunjungi laman blog kami pada website maduvitummy.id.
Madu Vitummy merupakan madu yang mengandung ekstrak rempah-rempah pilihan, seperti temulawak, temu hitam, bawang putih, dan pepaya yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan, meningkatkan nafsu makan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah anak dari risiko infeksi cacingan.
Yuk rutin minum Madu Vitummy sehari dua kali untuk mendapatkan daya tahan tubuh yang kuat dan bebas cacingan.