Si Kecil suka pilih-pilih makanan? Bisa jadi anak mengalami picky eater atau selective eater, Moms. Apa sih bedanya? Yuk, simak perbedaan picky eater dan selective eater dalam artikel ini!
Perbedaan Picky Eater dan Selective Eater
Saat si Kecil susah makan dan pilih-pilih makanan, Moms mungkin sering mendengar istilah picky eater dan selective eater. Keduanya sering dianggap sama, padahal sebenarnya ada perbedaan yang cukup penting untuk dipahami.
Mengetahui perbedaan picky eater dan selective eater bisa membantu Moms menentukan cara terbaik dalam mengatasi kebiasaan makan si kecil.
Pengertian
Sebelum bahas lebih lanjut terkait perbedaan picky eater dan selective eater, Moms perlu tau definisi atau pengertiannya terlebih dahulu.
Pengertian Picky Eater
Picky eater pada anak adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang suka pilih-pilih makanan. Berdasarkan penelitian, picky eater paling sering terjadi saat anak berusia 3 tahun, dan kemungkinan bertahan sampai dewasa.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak yang picky eater hanya mau mengonsumsi minimal satu jenis makanan dari setiap kelompok karbohidrat, protein, dan serat.
Dovey et al. mendefinisikan picky eating sebagai kondisi dimana anak mengonsumsi makanan dengan variasi yang terbatas, dan menolak makanan tertentu.
Kalau si Kecil mengalami picky eater, Moms jangan panik dulu. Ini merupakan fase perkembangan yang normal, dan sering menjadi tanda kemandirian mereka.
Pengertian Selective Eater
Selective eater adalah penolakan segala jenis atau kelompok makanan tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ini merupakan kondisi yang cukup serius, karena bisa dikaitkan dengan gangguan medis atau perilaku.
IDAI mendefinisikan selective eater sebagai kondisi ketika anak menolak segala jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu. Misalnya, menolak konsumsi karbohidrat, mulai dari nasi, roti, sampai mie.
Anak yang selective eater hanya akan memakan makanan yang mereka anggap aman atau dapat diterima, dan menghindari makanan dengan rasa, tekstur, atau warna tertentu.
Beberapa anak bahkan mungkin takut membayangkan makanan tertentu, dan tidak tahan untuk menyentuh atau bahkan berada di dekatnya.
Penyebab
Perbedaan picky eater dan selective eater yang utama adalah dari penyebab atau alasannya. Picky eater biasanya membatasi makanan yang dikonsumsi karena keinginannya sendiri. Sedangkan, selective eater membatasi makanannya karena adanya rasa takut atau kecemasan.
Penyebab Picky Eater
- Sensitif Terhadap Bau atau Rasa Tertentu
Beberapa anak memiliki kepekaan lebih terhadap rasa atau aroma makanan tertentu. Misalnya, mereka bisa merasa terganggu dengan bau ikan yang amis atau rasa sayuran yang pahit.
Ini bukan berarti mereka tidak bisa makan makanan tersebut selamanya, tapi butuh pendekatan yang lebih sabar dan kreatif dalam mengenalkan makanan baru.
- Mengikuti Pola Makan Orang Tua
“Children see, children do” adalah istilah yang artinya anak akan meniru apa yang dilihatnya. Pepatah ini menunjukkan bahwa orang tua adalah role model utama bagi anak-anaknya.
Kalau mereka sering melihat orang tua atau anggota keluarga lain pilih-pilih makanan, mereka cenderung meniru kebiasaan tersebut.
- Terdistraksi Mainan
Saat makan, anak sering kali lebih tertarik dengan mainan atau gadget dibandingkan makanan di depannya. Jika perhatian mereka teralihkan, mereka bisa kehilangan minat untuk makan.
- Kurang Stimulasi Sensorik
Moms, mengenalkan berbagai tekstur makanan sejak dini sangat penting. Anak yang jarang mengeksplorasi berbagai bentuk, warna, dan tekstur makanan bisa menjadi lebih pemilih.
Penyebab Selective Eater
- Penyakit Bawaan
Beberapa anak memiliki kondisi medis bawaan yang membuat mereka lebih sensitif terhadap makanan tertentu, seperti alergi, intoleransi makanan, atau kondisi metabolik. Ini bisa membuat mereka secara alami menghindari makanan yang membuat tubuhnya tidak nyaman.
- Gangguan Koordinasi Mulut
Anak dengan gangguan koordinasi mulut (oral-motor) bisa mengalami kesulitan dalam mengunyah atau menggerakkan lidah dengan baik.
Ini bisa membuat mereka menolak makanan dengan tekstur tertentu karena sulit mengunyah atau menelannya.
- Trauma akan Makanan
Pengalaman buruk dengan makanan, seperti tersedak, muntah, atau dipaksa makan, bisa membuat anak trauma dan enggan mencoba makanan tertentu lagi.
Si Kecil mungkin mengasosiasikan makanan tersebut dengan pengalaman yang tidak menyenangkan.
- Gangguan Menelan
Beberapa anak mengalami disfagia atau gangguan menelan, yang membuat mereka sulit menelan makanan tertentu, terutama yang bertekstur keras atau lengket.
Akibatnya, si Kecil cenderung hanya memilih makanan yang lebih mudah ditelan.
- Masalah Pencernaan
Jika anak sering mengalami sakit perut, kembung, refluks, atau sembelit setelah makan makanan tertentu, mereka bisa menghindari makanan tersebut secara alami. Ini bisa jadi tanda masalah pencernaan yang perlu diperiksa lebih lanjut ya, Moms.
Dampak
Perbedaan picky eater dan selective eater dari segi dampak mungkin tidak terlalu berbeda ya, Moms. Keduanya sama-sama berdampak pada tumbuh kembang si Kecil.
Dampak Picky Eater
- Berat Badan Tidak Ideal
Anak picky eater cenderung memiliki berat badan yang rendah. Hal ini dikarenakan anak tidak mendapatkan asupan zat gizi sesuai dengan kebutuhannya.
Tapi, bukan tidak mungkin anak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas ya, Moms. Apalagi kalau makanan yang si Kecil suka mengandung gula.
- Sulit Makan di Tempat Umum
Kalau si Kecil picky eater, biasanya akan kesulitan untuk makan di tempat umum, misalnya di sekolah, di pesta ulang tahun, tempat makan, bahkan sulit untuk makan bersama teman, terutama ketika menu yang disajikan tidak sesuai.
- Kurang Gizi
Beberapa penelitian menemukan bahwa asupan energi, protein, dan mineral pada anak picky eater lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak mengalaminya.
Ini karena anak hanya mendapatkan asupan gizi dari makanan yang disukainya saja. Sedangkan, kebanyakan picky eater tidak menyukai buah dan sayur yang bergizi penting.
- Pola Makan Tidak Sehat
Apabila pola makan tidak sehat ini berlangsung lama, maka status gizi anak akan semakin terganggu, menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, menurunkan imunitas dan dapat meningkatkan risiko penyakit.
- Energi Lebih Tinggi
Anak yang picky eater cenderung lebih menyukai makanan-makanan instan, makanan ringan, makanan manis, dan lainnya.
Ini menyebabkan asupan energi anak yang picky eater lebih tinggi.
Dampak Selective Eater
- Kekurangan Nutrisi
Karena hanya mau makan jenis makanan tertentu, anak berisiko mengalami kekurangan vitamin dan mineral penting lho, Moms.
Misalnya, jika tidak mengonsumsi sayur dan buah, tubuh bisa kekurangan serat, vitamin C, dan antioksidan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
- Gangguan Pencernaan
Asupan serat yang kurang bisa menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit. Selain itu, jika anak hanya makan makanan tertentu yang tinggi gula atau lemak, bisa terjadi ketidakseimbangan bakteri usus yang memengaruhi kesehatan pencernaan mereka.
- Kelemahan Tulang dan Otot
Kurangnya asupan protein, kalsium, dan vitamin D bisa menyebabkan pertumbuhan tulang dan otot yang kurang optimal. Akibatnya, anak bisa lebih lemas, mudah lelah, dan pertumbuhan fisiknya terganggu.
- Menurunkan Sistem Imun
Nutrisi yang cukup sangat penting untuk daya tahan tubuh. Jika anak hanya makan makanan tertentu dan kekurangan zat besi, zinc, atau vitamin A dan C, sistem imun mereka bisa melemah, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
- Metabolisme Lambat
Pola makan yang tidak seimbang bisa membuat metabolisme tubuh melambat. Jika anak kekurangan energi dari karbohidrat sehat, protein, dan lemak baik, tubuh mereka akan kesulitan menjalankan fungsinya dengan optimal, termasuk dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Cara Mengatasi
Jangan khawatir Moms, banyak ahli yang mengatakan bahwa kondisi picky eater dan selective eater bisa hilang dengan sendirinya, seiring bertambahnya usia, meskipun mungkin butuh usaha lebih untuk yang selective eater. Supaya lebih cepat, lakukan cara mengatasi berikut ini.
Cara Mengatasi Picky Eater
- Jangan Paksa Anak untuk Makan
Memaksa anak justru bisa membuat mereka semakin menolak makanan. Biarkan mereka mengenali dan mencoba makanan baru dengan santai. Jika anak menolak, coba lagi di lain waktu tanpa tekanan.
- Hindari Kebiasaan Konsumsi Gula
Terlalu banyak makanan atau minuman manis bisa membuat anak kenyang sebelum makan utama, Moms. Selain itu, anak bisa jadi lebih memilih makanan manis daripada makanan bergizi. Batasi gula agar nafsu makan anak tetap baik.
- Variasikan Menu Makan Anak
Anak mudah bosan dengan makanan yang itu-itu saja. Cobalah variasikan menu dengan berbagai rasa, warna, dan bentuk agar mereka lebih tertarik. Misalnya, hari ini nasi dengan lauk ayam, besok coba bubur atau pasta dengan sayuran.
- Coba Ganti Tekstur
Kalau si Kecil tidak suka sayur dalam bentuk potongan besar, coba ubah teksturnya, seperti dibuat sup, puree, atau dicampurkan ke dalam makanan favoritnya.
Begitu juga dengan lauk lain, bisa dicoba dalam bentuk yang lebih halus atau lebih renyah sesuai selera anak.
- Kreasikan Penyajian
Moms bisa menyajikan makanan dengan tampilan menarik, seperti membuat bentuk dari sayuran, buah atau nasi. Penyajian yang menyenangkan bisa membuat anak lebih bersemangat untuk makan.
- Libatkan Anak dalam Penyajian
Ajak anak membantu Moms menyiapkan makanan, seperti mencuci sayur, memilih lauk, atau menyusun makanan di piring. Saat anak merasa terlibat, mereka akan lebih penasaran untuk mencoba makanan yang mereka bantu buat.
- Jauhkan dari Distraksi
Hindari makan sambil menonton TV atau bermain gadget, karena bisa membuat anak kurang fokus pada makanannya. Ciptakan kebiasaan makan bersama keluarga agar anak lebih menikmati waktu makan.
Cara Mengatasi Selective Eater
- Identifikasi Penyebabnya
Selective eating bisa disebabkan oleh penyakit bawaan, trauma makan, atau masalah pencernaan. Jika anak menunjukkan tanda-tanda ekstrem seperti benar-benar menolak hampir semua makanan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui penyebab pastinya.
- Mulai dari Porsi Kecil
Jangan langsung memberikan makanan yang tidak disukai dalam jumlah besar. Mulailah secara bertahap, dengan porsi kecil atau mencampurkannya ke dalam makanan favorit anak agar mereka bisa lebih terbiasa.
- Hindari Tekanan dan Paksaan
Memaksa anak makan justru bisa membuat mereka semakin menolak makanan. Buat suasana makan lebih santai dan menyenangkan.
- Jadwalkan Makan dengan Teratur
Buat pola makan yang teratur agar anak terbiasa dengan waktu makan. Hindari memberi camilan terlalu dekat dengan jam makan utama agar anak merasa lapar dan lebih mau mencoba makanan baru.
- Lakukan Terapi
Ellern Mede mengikuti pedoman NICE yang merekomendasikan Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dan Terapi Berbasis Keluarga (FBT) sebagai pengobatan utama untuk orang dengan gangguan makan, termasuk selective eater.
Moms bisa menyesuaikan jenis terapi yang dipilih dengan gejala atau penyebab yang dialami si Kecil.
Perbedaan Lainnya
Perbedaan picky eater dan selective eater di atas, ada beberapa perbedaan lainnya, antara lain:
- Durasi
Penelitian menunjukkan bahwa picky eater merupakan fase sementara, bahkan sekitar 58% akan pulih setelah 2 tahun. Artinya, sebagian besar anak akan memperluas preferensi makanan seiring bertambahnya usia.
Di sisi lain, selective eater biasanya lebih persisten dan bisa berlanjut hingga dewasa, terutama jika tidak diatasi dengan baik.
- Makanan yang dikonsumsi
Picky eater biasanya menerima lebih dari 30 jenis makanan. Meskipun punya preferensi yang kuat terhadap kelompok makanan tertentu, tapi masih bisa mengonsumsi beberapa jenis makanan dalam kelompok tersebut.
Selective eater punya rentang makanan yang jauh lebih sempit, bahkan kurang dari 20 jenis makanan yang berbeda.
Misalnya, selective eater tidak bisa makan sayur sama sekali, sedangkan picky eater hanya tidak mau mengonsumsi sayuran hijau.
- Kebiasaan atau Preferensi
Perbedaan picky eater dan selective eater selanjutnya adalah dari kebiasaan mereka dalam mengonsumsi sesuatu.
Picky eater biasanya menyukai tekstur atau rasa tertentu yang familiar, dan cenderung menolak makanan baru. Sedangkan, selective eater cenderung sensitif terhadap aspek sensorik makanan, seperti tekstur dan bau, yang dapat menyebabkan kecemasan saat mencoba makanan baru.
Itu dia penjelasan tentang perbedaan picky eater dan selective eater, jadi jangan sampai salah lagi ya, Moms.
Pastikan untuk selalu mendukung tubuh kembang anak dengan memenuhi kebutuhan gizi seimbang.
Untuk membantu memaksimalkannya, percayakan pada Madu Vitummy yang diformulasikan dari bahan alami seperti madu hutan asli, ekstrak buah pepaya, bawang putih, temulawak, dan temu hitam.
Madu ini bisa jadi solusi untuk meningkatkan nafsu makan anak, supaya tidak pilih-pilih makanan lagi, lho. Makanya, coba Vitummy sekarang dan rasakan manfaatnya!