Moms, apakah si kecil sering mengalami sakit perut yang tak tertahankan? Waspadai! Bisa jadi itu adalah gejala peradangan usus buntu.
Peradangan usus buntu ini tidak pernah memandang usia, alias bisa terjadi pada siapapun, termasuk bayi dan anak-anak.
Lantas, Apa itu Radang Usus Buntu pada Anak?
Radang usus buntu atau dalam istilah medis disebut sebagai apendisitis merupakan kondisi ketika usus buntu mengalami peradangan atau infeksi. Usus buntu sendiri merupakan kantong kecil berbentuk jari yang menonjol dari usus besar di sisi kanan bawah perut.
Jika tidak segera ditangani, radang apendisitis pada anak dapat menyebabkan usus buntu si kecil pecah. Akibatnya, bakteri dan kotoran yang ada di dalam usus akan menyebar ke rongga perut sehingga infeksi pun menyebar ke seluruh rongga perut (peritonitis).
Selain itu, usus buntu yang pecah dapat menimbulkan jaringan parut di usus dan membuat aliran makanan yang melewati usus menjadi tersumbat. Penyumbatan usus ini disebut juga sebagai obstruksi usus.
Penyebab Usus Buntu pada Anak
Sama seperti apendisitis pada orang dewasa, apendisitis pada anak-anak umumnya disebabkan oleh penyumbatan pada usus buntu. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh:
- Feses yang keras
- Lendir atau cairan susu
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Cedera perut
- Infeksi parasit atau cacing di usus
Selain karena sumbatan di usus, radang apendisitis pada anak pun dapat disebabkan oleh gangguan pada aliran darah dan terpelintirnya usus buntu.
Beberapa jenis makanan pun diketahui dapat memicu terjadinya apendisitis pada anak. Menurut Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, makan-makanan tersebut berupa:
- Produk olahan daging
Produk seperti nugget, sosis, dan bakso disebut-sebut dapat meningkatkan risiko terjadinya apendisitis. Produk olahan tersebut diketahui memiliki nilai serat yang rendah.
Padahal, serat merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh sistem pencernaan. Jika sistem pencernaan kekurangan serat, maka organ pencernaan akan mengalami berbagai masalah, salah satunya apendisitis. - Buah kering
Buah kering atau dried fruit merupakan buah yang kandungan airnya dihilangkan melalui mode pengeringan. Misalnya, kismis kering, prune (buah plum yang dikeringkan), atau polong-polongan seperti kacang hijau atau kacang polong.
Sebenarnya tidak masalah untuk mengonsumsi buah kering, asalkan masih dalam jumlah yang normal dan diimbangi dengan makanan bergizi lainnya, terutama yang makanan yang mengandung banyak serat. - Biji-bijian
Menurut Kemenkes RI, biji-bijian merupakan makanan yang sulit untuk dicerna oleh usus. Makanan yang sulit dicerna tersebut umumnya akan mengendap di dalam usus dan membentuk sebuah endapan. Kemudian, endapan tersebut akan menutupi rongga yang ada pada apendisitis dan menyebabkan peradangan atau infeksi. - Daging merah
Daging merah penyebab apendisitis menurut Kemenkes RI merupakan daging merah yang berpotensi terkontaminasi cacing pita yang pada umumnya hidup di dalam tubuh sapi ataupun babi.
Oleh karena itu, sebelum mengonsumsi daging merah, sebaiknya bersihkan daging Produk olahan susu. - Produk olahan susu
Moms, produk olahan susu ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit apendisitis. Produk olahan susu cenderung sulit untuk dicerna oleh usus sehingga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan sisa makanan di dalam usus.
Penumpukan sisa makanan tersebut berisiko menyebabkan peradangan usus dan dapat menjalar hingga ke usus buntu.
Meski demikian, susu juga sangat diperlukan oleh tubuh si kecil dan memiliki banyak manfaat. Jadi, ketika mengonsumsi susu, usahakan untuk mengimbanginya dengan mengonsumsi makanan-makanan yang kaya akan serat ya moms.
Gejala Apendisitis pada Anak
Moms, gejala apendisitis pada anak biasanya sangat sulit untuk dikenali, terutama pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Pasalnya, mereka masih sulit untuk mendeskripsikan dengan jelas rasa sakit atau keluhan yang mereka alami.
Melansir dari National of Health yang ditulis dalam laman Medlineplus, gejala apendisitis sangatlah bervariasi, tergantung pada posisi usus dan usia pengidapnya. Namun, hampir semua penderita apendisitis mengalami sakit di sekitar pusar dan perut bagian atas.
Rasa sakit tersebut akan dapat bertambah parah ketika pengidapnya berjalan, batuk, atau melakukan gerakan secara tiba-tiba.
Berikut adalah gejala apendisitis yang sering muncul pada anak-anak:
- Demam ringan dan nyeri di sekitar pusar
- Mual dan muntah
- Hilang nafsu makan
- Rasa sakit pada bagian tengah perut atau di sekitar pusar yang menjalar ke sisi kanan bawah perut dalam beberapa jam
- Perut kembung
- Anak rewel dan kesakitan
Penanganan Apendisitis pada Anak
Jika si kecil mulai menunjukan gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, segera bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang seperti USG, CT scan, tes darah, dan tes urine untuk menentukan diagnosis apendisitis pada anak.
Setelah itu, dokter biasanya akan melakukan beberapa langkah penanganan, tergantung tingkat keparahan apendisitisnya.
Penanganan usus buntu tersebut berupa:
Operasi Apendiktomi
Operasi usus buntu atau apendiktomi merupakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat usus buntu atau umbai cacing yang telah terinfeksi. Operasi ini dilakukan di bawah pengaruh bius sehingga anak akan tertidur selama aktivitas operasi apendiktomi.
Adapun proses apendiktomi ini dapat dilakukan dengan cara:
- Laparoskopi
Operasi apendisitis dengan teknik laparoskopi dilakukan dengan cara membuat tiga sayatan sepanjang 1-1,5 cm pada bagian perut untuk memasukan alat khusus yang dilengkapi kamera dan cahaya (laparoskopi), serta peralatan bedah yang dibutuhkan.
Bedah laparoskopi ini dinilai lebih aman dan pemulihannya lebih cepat dibandingkan dengan bedah pada umumnya. - Operasi terbuka
Operasi terbuka merupakan teknik operasi apendisitis konvensional yang dilakukan dengan cara membuat sayatan selebar 4-7cm pada bagian perut. Setelah itu, dokter akan mengangkat usus yang terinfeksi, lalu menjahit usus dan luka sayatan bekas mengangkat usus.
Drainase abses
Jika apendisitis pecah dan menyebabkan terbentuknya kantung nanah atau abses, maka dokter akan melakukan tindakan drainase abses atau pengeluaran nanah yang terkumpul dalam kantong abses sebelum melakukan operasi apendisitis.
Jangan khawatir, umumnya pengobatan operasi apendisitis yang membutuhkan tindakan bedah umumnya akan mendapatkan anestesi atau obat bius sehingga si kecil tidak akan merasa kesakitan ketika operasi dilakukan.
Cara Mencegah Penyakit Apendisitis
Sebenarnya, tidak ada cara khusus yang dapat mencegah terjadinya radang apendisitis. Namun, bukan berarti kita tidak boleh ada usaha untuk mencegah itu terjadi.
Berikut adalah beberapa cara yang dipercaya dapat mencegah risiko apendisitis:
- Mengonsumsi makanan berserat
- Minum air mineral yang cukup
- Makan dengan tenang dan tidak terburu-buru
- Mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik
- Mengonsumi Madu Vitummy,
- dan rutin cek kesehatan ke dokter.
Seperti yang kita ketahui bahwa radang apendisitis dapat disebabkan oleh penumpukan sisa makanan dan feses yang keras.
Oleh karena itu, rutin mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung serat tinggi, mengonsumsi air mineral yang cukup, dan mengonsumsi Madu Vitummy setiap pagi dan makam dipercaya dapat mencegah tubuh si kecil dari peradangan apendisitis.
Madu Vitummy terbuat dari Madu dan ekstrak tanaman herbal pilihan, seperti temulawak, bawang putih, buah pepaya, dan rimpang temu hitam yang dipercaya dapat memelihara kesehatan pencernaan, mencegah infeksi cacing parasit, dan meningkatkan nafsu makan anak.
Yuk selalu sedia Madu Vitummy untuk memelihara kesehatan keluarga.