Stunting dan gizi buruk adalah dua hal yang berbeda ya, Moms. Namun, tidak semua orang memahami akan perbedaannya. Pasalnya, ada beberapa gejala yang memang mirip antara satu dan lainnya.
Lalu, apa perbedaan stunting dan gizi buruk ya, Moms? Artikel ini akan membahas mengenai hal tersebut. Tujuannya agar Moms memahami perbedaan akan keduanya. Selain itu, juga bisa mencegah si Kecil dari mengalami masalah kesehatan tersebut.
Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!
Apa itu Stunting?
Melansir laman Kemenkes RI, stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang cukup lama. Umumnya, kondisi ini dikarenakan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak.
Perlu Moms ketahui, ternyata stunting mulai terjadi dari dalam kandungan, loh. Meski demikian, kondisinya baru akan terlihat apabila anak sudah memasuki usia dua tahun. Pasalnya, pada usia inilah anak-anak sudah menunjukkan pertumbuhan dan perkembangannya yang pesat.
Apabila pertumbuhan anak sangat jauh dari teman-teman seusianya, terutama jika dilihat dari tinggi badannya maka orang tua perlu waspada.
Sebab, UNICEF dalam lamannya mendefinisikan bahwa stunting adalah persentase anak-anak usia 0–59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis).
Hal tersebut diukur menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Oleh karenanya, apabila pertumbuhan anak tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan maka bisa menjadi tanda-tanda stunting.
Apakah pengertian stunting hanya itu? Laman yang sama menyebutkan bahwa selain tinggi badan, masalah stunting juga sering dikaitkan dengan perkembangan otak. Alasannya, penderita stunting biasanya mengalami perkembangan otak yang kurang maksimal.
Akibatnya, kondisi tersebut memengaruhi kesehatan mental mereka. Contoh kasusnya adalah mereka yang memiliki kemampuan mental dan akademik yang buruk. Bahkan, efek jangka panjangnya adalah diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.
Apa itu Gizi Buruk?
Gizi buruk (malnutrisi) adalah kondisi serius akibat asupan makanan seseorang yang tidak sesuai dengan nutrisi yang diperlukan. Kondisi ini termasuk masalah kesehatan yang sangat serius dan harus segera ditangani.
Kemenkes RI dalam lamannya menyebutkan bahwa balita yang menderita gizi buruk di Indonesia sebanyak 3,9% berdasarkan riset tahun 2018. Tidak hanya itu, balita penderita gizi kurang juga dialami 13,8% balita di seluruh Indonesia.
Gizi buruk tersebut ditandai dengan kondisi ketika berat badan anak terlalu rendah jika dibandingkan dengan tinggi badannya. Moms, mereka yang mengalami kondisi ini biasanya memiliki daya tahan tubuh yang kurang baik (lemah).
Akibatnya, mereka akan mudah terserang penyakit, bahkan bisa sampai meninggal dunia. Tapi, gizi buruk sebenarnya bisa diatasi atau dicegah sejak dini. Oleh karenanya, Moms sebagai orang tua perlu mengetahui mengenai pengertian gizi buruk beserta hal lainnya.
Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk
Setelah tahu pengertiannya, lalu apa perbedaan antara stunting dengan gizi buruk? Meski sering dipahami sama, namun keduanya adalah hal yang berbeda ya, Moms. Perbedaan yang dimaksud bisa dilihat dari beberapa hal berikut.
Penyebab
Perbedaan stunting dan gizi buruk yang pertama dilihat dari penyebabnya. Melansir laman Kemenkes RI, stunting berkembang dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan, beberapa faktor penyebabnya merupakan kombinasi dari berbagai masalah kesehatan seperti berikut.
- Mengalami kurang gizi kronis dalam waktu yang lama
- Retardasi pertumbuhan intrauterine
- Tidak memiliki cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
- Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
- Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Berbagai faktor tersebut kemudian menyebabkan anak mengalami stunting. Tapi, perkembangan stunting adalah proses yang lambat dan kumulatif ya, Moms. Bukan berarti asupan makanan saat ini tidak memadai. Sebab, kegagalan pertumbuhan mungkin terjadi di masa lalu seseorang.
Berbeda dengan penyebab gizi buruk, masalah kesehatan yang satu ini disebabkan oleh faktor kekurangan asupan makanan yang bernutrisi. Meskipun kebutuhan nutrisi setiap anak berbeda, tapi memenuhi asupan gizi dengan makanan yang berkualitas baik harus dilakukan.
Selain itu, faktor lain penyebab gizi buruk juga dikarenakan gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis. Salah satu jenis penyakit yang kerap menyebabkan anak mengalami hal tersebut adalah TBC.
Menurut Kemenkes RI, faktor risiko gizi buruk pada anak juga meningkat apabila ibu hamil memiliki beberapa faktor berikut.
- Hamil ketika usia remaja
- Malnutrisi
- Memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan menggunakan narkoba
- Terinfeksi HIV, sifilis, dan hepatitis B
- Tingkat pendidikan rendah
- Kemiskinan
Tidak hanya kondisi ibu, faktor risiko gizi buruk juga bisa disebabkan kondisi anak itu sendiri seperti berikut.
- Lahir dalam keadaan prematur dan kurang berat badan
- Mengalami infeksi kronis atau infeksi berulang
- Berkebutuhan khusus, misalnya cerebral palsy
- Terlahir dengan kelainan bawaan, seperti bibir sumbing, kelainan sistem pencernaan, malabsorbsi makanan, atau penyakit jantung bawaan.
- Mendapatkan pola asuh yang tidak menunjang tumbuh kembangnya
- Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk, tidak mendapatkan akses untuk air bersih, dan berpolusi.
Berbagai faktor tersebut mendukung risiko anak mengalami gizi buruk, baik dari orang tuanya maupun dirinya sendiri.
Gejala
Perbedaan selanjutnya bisa dilihat dari gejalanya. Meski stunting dan gizi buruk memiliki gejala hampir sama, namun ada beberapa tanda yang membedakannya. Nah, berikut tanda-tandanya.
Gejala Stunting
- Tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya
- Proporsi tubuh cenderung normal, tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk seusianya
- Berat badan jauh di bawah anak seusianya
- Pertumbuhan tulang tertunda sehingga menghambat aktivitasnya
Gejala Gizi Buruk
- Anak memiliki tubuh sangat kurus
- Wajah keriput
- Kulit kering
- Perut buncit
- Sering tidak bertenaga
- Gangguan tumbuh kembang
- Rambut mudah rontok dan tampak kusam
- Pembengkakan (edema) di tungkai
Itulah perbedaan gejala antara stunting dengan gizi buruk ya, Moms.
Baca Juga: Bekal 4 Sehat 5 Sempurna untuk Anak.
Dampak
Dampak stunting dan gizi buruk menjadi aspek perbedaan ketiga yang harus Moms ketahui. Alasannya, masing-masing penyakit atau masalah kesehatan tertentu pasti memberikan dampaknya tersendiri bagi tubuh.
Melansir laman Dinkes Semarang Kota, dampak stunting pada anak-anak dibedakan menjadi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak jangka pendek stunting, seperti meningkatkan risiko sakit dan kematian pada anak, keterlambatan perkembangan kognitif, motorik, dan verbal, serta meningkatkan biaya kesehatan.
Selanjutnya, dampak stunting jangka panjang antara lain postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, meningkatkan risiko obesitas dan mengidap penyakit tidak menular (hipertensi, jantung, diabetes, dan kanker), menurunnya kesehatan reproduksi, kapasitas belajar dan performa yang tidak optimal ketika sekolah, dan tidak optimalnya produktivitas dan kapasitas kerja.
Itulah dampak stunting pada anak-anak yang perlu Moms ketahui. Lalu, bagaimana dengan dampak gizi buruk? Melansir laman UNICEF, dampak yang sering muncul akibat gizi buruk adalah menurunnya sistem imun tubuh, mudah terkena penyakit infeksi (diare, batuk, pilek, dan pneumonia).
Itulah perbedaan stunting dan gizi buruk jika dilihat dari dampaknya pada anak-anak ya, Moms.
Pencegahan
Mencegah stunting dan gizi buruk agar tidak terjadi pada anak-anak tentunya juga berbeda caranya ya, Moms. Berikut beberapa cara yang harus orang tua pahami agar mereka terhindar dari mengalami masalah kesehatan tersebut.
Cara Mencegah Stunting
- Memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai pada 1.000 hari pertama kehidupan anak
- Mengonsumsi makanan tinggi protein
- Memberikan ASI eksklusif pada bayi
- Memberikan MPASI yang bergizi
- Memantau perkembangan anak
- Membiasakan hidup sehat dan bersih
- Menghindari rokok dan NAPZA
- Melakukan aktivitas fisik
Mencegah Gizi Buruk pada Anak
- Memberikan makanan bergizi lengkap dan seimbang sesuai kebutuhan anak
- Menerapkan pola asuh yang baik
- Memberikan ASI eksklusif hingga usia anak 6 bulan, dilanjutkan dengan memberikan MPASI yang bergizi lengkap dan seimbang
- Mengukur tinggi dan berat badan anak secara berkala
- Membawa anak untuk segera berobat bila terkena penyakit infeksi
Itulah beberapa cara pencegahan yang perlu Moms lakukan agar anak terhindar dari stunting dan gizi buruk.
Kapan anak dikatakan gizi buruk?
Apakah Gizi Buruk Penyebab Stunting?
Menjawab pertanyaan tersebut, UNICEF dalam lamannya menyebutkan bahwa gizi buruk dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan anak kurus (wasting) dan stunting. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh gizi buruk terhadap stunting pada anak.
Pasalnya, menurut laman Rumah Sakit EMC, anak yang menderita gizi buruk berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami stunting. Berbeda dengan anak yang mengalami gizi cukup hanya memiliki kemungkinan 1,5 kali lebih besar untuk mengalami gizi buruk.
Kondisi tersebut meningkatkan risiko kematian anak akibat permasalahan gizi, yaitu gizi buruk dan stunting. Oleh karenanya, Moms perlu sangat memperhatikan status gizi anak-anak agar terhindar dari hal tersebut.
Moms bisa meningkatkan nafsu makan si Kecil dengan Vitummy. Madu herbal dengan ekstrak bahan alami ini mengandung formula Selenium Silver Pro. Manfaatnya adalah membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan anak.
Memberikan Vitummy secara rutin akan mendukung si Kecil lahap makan hingga memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya. Hal ini membantunya terhindar dari mengalami gizi buruk dan stunting.
Yuk, dapatkan produknya sekarang juga melalui website resminya di www.maduvitummy.id!